Home Post Keluarga Adalah Madrasah Pertama Bagi Anak

Keluarga Adalah Madrasah Pertama Bagi Anak

by swarakaltara

Madrasah sendiri memiliki pengertian berupa pembelajaran, belajar, madrasah di Indonesia identik dengan bangku sekolah tempat dimana para siswa dididik dan diajarkan pembelajaran tentang keislaman, yang mana tentunya memiliki kurikulum belajar yang sudah teruji keabsahan kerangka keilmuannya.

Sedangkan keluarga merupakan satu kesatuan di dalam rumah tangga atau bisa dibilang unit terkecil struktur keorganisasian karena anggotanya hanya diikat pertalian pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan dan juga merupakan organisasi pendidikan paling awal dan paling lama bagi seorang anak pada keluarga.

Terucapnya ijab kabul adalah bentuk perjanjian suci dalam rangka menunaikan ibadah antara laki-laki dan perempuan yang mana dalam perjalanannya akan menemui banyak tantangan dan kendala yang kemudian akan menjadi bentuk tanggung jawab secara harfiah bagi kedua pasangan suami istri, termasuk di dalamnya bagaimana mendidik anak agar menjadi generasi berilmu dan beradab.

Sudah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua untuk mendidik anaknya, dimulai dari lahir dimana kasih sayang orang tua terwujudkan dengan merawat sang anak dan pastinya setiap orang tua akan menaruh harapan besar agar anaknya kelak menjadi pribadi yang bermanfaat tidak hanya bagi keluarganya saja namun juga bagi agama, bangsa, dan negaranya.

Lantas dengan adanya harapan tadi bukan menjadi suatu hal yang sepele di dalam mengajari, menempa atau mendidik anak agar kelak sesuai dengan harapan orang tuanya. Terlebih dari pada itu, di zaman sekarang orang tua seakan salah kaprah dengan kasih sayangnya kepada anak yang malah membuat anak semakin terjerumus dengan sikap atau sifat yang tidak diinginkan.

Banyak sekali contoh kasus-kasus kriminalitas anak yang terjadi akhir-akhir ini, mulai dari anak-anak yang banyak terpengaruh dengan narkoba, pergaulan bebas, hingga bahkan ada anak yang tega membunuh orang tuanya hanya karena persoalan sepele saja, miris bukan? Sebuah bentuk dekadensi moral anak yang telah jauh merosot dari waktu ke waktu.

Sepenuhnya sikap atau perilaku negatif yang ditunjukkan seorang anak bukanlah hanya kesalahan pribadi sang anak sendiri, namun disana terdapat kekosongan dalam peran keluarga sebagai unit pendidikan pertana bagi anak menjaga dan mendidik anaknya sehingga sang anak terjerumus dengan perilaku negatif.

Pada kasus-kasus seperti ini, peran keluarga membentuk karakter dan kepribadian anak sangat diperlukan. Utamanya, sebagai orang tua, sudah seharusnya mereka mengerti dan tahu apa yang baik dan apa yang terbaik untuk anaknya. Ini seharusnya menjadi point penting bagi orang tua (ibu dan ayah) menstimulus anak dengan pengajaran dan pendidikan yang akan membentuk jiwa dari kepribadian sang anak sesuai dengan norma-norma dan adab keilmuan yang berlaku.

Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling utama bagi anak, karena sebagian besar kehidupan sang anak adalah di dalam keluarga. Ini menjadikan keluarga sebagai tonggak penting pendidikan yang paling banyak diterima anak terutama pengetahuan-pengetahuan yang bersifat dasar maupun pengetahuan akan etika dan norma pada dirinya.

Kerjasama kedua orang tua diklaim sebagai keharmonisan yang akan membuat pendidikan dalam keluarga bisa lebih baik diterima oleh anak. Karena peran utamanya mengharuskan mereka memberi pendidikan akhlak atau adab yang baik dan pandangan hidup keagamaan dan keilmuan yang sesuai.

Banyak upaya demi upaya yang harus mereka lakukan sebagai orang tua, baik itu menciptakan suasana yang nyaman bagi anak di rumah, memberikan ruang belajar dan pengajaran yang sesuai dengan anak, melakukan pendampingan saat anak belajar, hingga memberikan masukan-masukan atau menjadi motivator bagi sang anak dalam meraih prestasinya.

Pada zaman millenials sekarang, para orang tua dituntut untuk lebih memahami anaknya. Orang tua harus belajar bagaimana fleksibel seakan menjadi teman bagi sang anak dalam situasi tertentu, tentunya melalui metode-metode atau cara-cara yang membuat anak nyaman berbicara, bercerita atau sekedar curhat maupun bercerita kepada orang tuanya. Ini menjadi modal penting untuk menjaga ikatan bathin yang baik dengan anak. Karena pada harfiahnya, sikap dan tabiat anak sebagian besar diambil dari orang tuanya maupun anggota keluarga yang lainnya.

Orang tua adalah guru yang wajib memainkan peranannya sebagai wadah yang berpengaruh kepada sang anak, tak hanya itu, orang tua adalah hakim yang tegas bagi anaknya dalam menunjukkan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah karena hal ini akan menjadi bekal bagi sang anak dikemudian hari. Di dalam hal pengawasan, penting bagi orang tua mengetahui lingkungan tempat anaknya bergaul, apakah itu lingkungan pertemanannya ataupun masyarakat, agar lebih mudah bagi orang tua dalam mengontrol anak supaya tidak terjerumus kepada hal-hal yang bersifat negatif.

Jika orang tua dalam keluarga dapat menciptakan suasana yang membuat anak nyaman dan teduh berada dalam pengajaran serta pendidikan orang tuanya, tentu hal ini akan sangat berpengaruh kepada psikologis anak. Anak akan semakin percaya diri meraih setiap impiannya, anak juga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya, dan yang terpenting karakter serta kepribadian yang baik akan tertanam kepada generasi-generasi selanjutnya. Secara tidak langsung hal semacam ini akan memperbaiki moralitas generasi muda yang paham dengan keadaan dan menuntuk mereka untuk lebih maju baik itu maju secara akhlak maupun maju secara prestasi. (red).

 

 

Penulis : Viggo Pratama Putra

Jurusan/ Universitas : Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara/ Universitas Negeri Padang.

Jabatan : Wakil Presiden Wadah Pejuang Penegak Solusi Politik 2019/2020.

Postingan Terkait

Tinggalkan Komentar

Kontak

© 2023 Swara Kaltara | All Rights Reserved