Home Post Waktu Indonesia Bagian Kemerdekaan Menunjukkan Pukul 74

Waktu Indonesia Bagian Kemerdekaan Menunjukkan Pukul 74

by swarakaltara

Oleh : Al Mukhollis Siagian

SWARAKALTARA.COM, Sabtu (3/8)

Satu-satunya sejarah yang bisa mengaktifkan semangat perjuangan dan pembangunan adalah sejarah perlawanan. Indonesia pernah berlawanan dengan berbagai Negara kolonialis dan imperialis hingga menuai kemerdekaan. Dan ternyata waktu Indonesia Bagian Kemerdekaan (WBK) sudah menunjukkan pukul 74, detakan waktu berukuran tahun menandakan usia Indonesia sudah seharusnya sejahtera dengan segala kekayaan perut bumi dan airnya.
~Al Mukhollis Siagian

Setiap Negara pasti memiliki kesejarahan atas terbentuknya tatanan kehidupan masyarakat berbangsa, baik itu Negara maju, Negara berkembang ataupun Negara terbelakang. Demikian pula dengan Indonesia, sejarah kontekstualnya memiliki nilai keunikan yang memberikan energi dan spirit berkemajuan. Yaitu sejarah yang terbentuk dari semangat kebersamaan dalam perjuangan menyisir belengguan bangsa asing, tepatnya sejarah kemerdekaan Indonesia dari penjajahan yang di proklamirkan oleh Soekarno dan Hatta 74 tahun yang silam.

Dalam garis sejarah dunia, Bangsa Indonesia pernah di usik dan di belenggu oleh bangsa asing, para golongan kolonialis dan imperialis. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan kecuali untuk menguasai nusantara yang saat ini kita nikmati dengan nama Indonesia, serta untuk mengeruk seluruh kekayaan bumi dan air yang terkandung begitu melimpah.

Berkat perjuangan dan seluruh tekad kebersamaan yang diirngi i;tikad baik oleh para penguasa pribumi bersama rakyatnya mampu melepaskan ikatan dari belenggu bangsa asing tersebut. Hingga kemerdekaan pun terucap dengan semangat berapi-api, seluruh pemuda bergemuruh darah dalam tubuhnya untuk mengikrarkan bahwa kemerdekaan adalah satu-satunya jalan kehidupan menuju kedamaian dan kebahagiaan.

Implikasi dari kemerdekaan itu adalah pembangunan seluruh sendi-sendi kehidupan yang sempat runtuh, menjahit bumi pertiwi dari sobekan bangsa asing, dan mengupayakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dimana hukum perjuangan menyatakan bahwa implikasi diatas tersebut seharusnya yang terjadi, bukan seperti saat ini, kondisi bangsa yang semakin tergerus oleh bangsa lain, baik itu secara ideologi, pembangunan, neoliberalisme, dan bahkan luka dari beberapa daerah yang masih ingin memerdekakan diri dari Indonesia, seperti Papua dan Aceh.

Terlebih mengingat pernyataan Soekarno dalam perjuangan mensejahterkan rakyat harus mengedepankan tiga platform kehidupan, yaitu berkepribadian dalam budaya, berdikari secara ekonomi, dan berdaulat melalui politik. Namun hingga saat ini ketiga platform masih jauh panggang dari api, bisa kita lihat disintegrasi bangsa yang terjadi, pembangunan ekonomi makro yang masih keasyikan mengimpor bahan kebutuhan, pembangunan infrastruktur melalui hutang luar negeri dan sebagainya. Untuk itu perlu kita refleksikan kebersamaan dalam romantisme sejarah guna memperbaiki semangat perjuangan dalam membangun bangsa yang utuh merdeka.

Menurut hemat saya, satu-satunya sejarah yang bisa mengaktifkan semangat perjuangan dan pembangunan adalah sejarah perlawanan. Indonesia pernah berlawanan dengan berbagai Negara kolonialis dan imperialis hingga menuai kemerdekaan. Dan ternyata pada tahun ini waktu Indonesia Bagian Kemerdekaan (WBK) sudah menunjukkan pukul 74, detakan waktu berukuran tahun menandakan usia Indonesia sudah seharusnya sejahtera dengan segala kekayaan perut bumi dan airnya, serta keindahan pertiwi.

Merdeka Seutuhnya di Usia ke 74 dengan SWF

Irama pembangunan dalam perwujudan Negara kesejahteraan pada dasarnya bergantung pada pemangku kepentingan Negara dan bangsa, sebagai pemerintah dan penentu kebijakan. Sebab Indonesia merupakan Negara demokrasi dengan sistem presidensil yang memberikan power kuat pada seorang presiden melalui konstitusi untuk mewujudkan tujuan negara.

Implikasi Negara kesejahteraan adalah tertatanya kehidupan warga Negara yang sejahtera pada seluruh sendi-sendi kehidupan, baik itu sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Meskipun data yang di paparkan oleh BPS setiap tahun menunjukkan peningkatan menuju kesejahteraan tersebut, seperti angka pengangguran, kemiskinan, indeks kebahagiaan dan lainnya yang kian menurun. Namun pada faktanya di ruang kehidupan masyarakat masih belum lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya, hutang melambung tinggi.

Kini waktu Indonesia bagian kemerdekaan (WBK) sudah yang ke 74, angka yang sudah pantas untuk merdeka seutuhnya. Merdeka seutuhnya adalah terlepas dari ikatan Negara asing, dan berhutang adalah ikatan yang pasti. Oleh karenanya merdeka seutuhnya juga berarti menjadi Negara maju yang tidak tergantung pada Negara lain namun tetap menjaga pergaulan internasional. Terlebih mengingat kekayaan kita yang begitu melimpah, kandungan perut bumi, dan isi perairan kita terdapat segala jenis energi yang termaktub pada table periodik tidak dimiliki oleh Negara lain. Dan seluruh potensi ini harus dikelola dengan bijak melalui strategi dan taktis yang tepat.

Pada kondisi ini, semua upaya pembangunan harus dilakukan dengan maksimal, pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya manusia, meningkatkan kesehatan, dan terkhusus untuk pembangunan ekonomi yang berimplikasi pada sendi-sendi kehidupan lainnya, maka kebijakan yang harus kita lakukan dan lebih baik dibandingkan berhutang pada Negara lain adalah Souvereign Wealth Fund (SWF) sebagai motorik arus dana publik dan diinvestasikan pada aset-aset lainnya, seperti yang dilakukan oleh Qatar, Dhabi, Singapura dan Malaysia.

Sederhananya SWF ini merupakan alternatif pembiayaan dalam pembangunan, atau bisa dikatakan juga sebagai tabungan Negara untuk memperoleh return yang lebih besar. Meskipun pada dasarnya Indonesia telah memiliki lembaga Pusat Investasi Pemerintah (PIP) yang kinerja dan fungsinya hampir sama dengan SWF, namun tidak semenarik SWF untuk memikat para investor. Selain itu, SWF juga merupakan dana abadi yang diperuntukkan menata lingkungan ramah investasi.

Sudah terbukti di depan mata bahwa penggunaan SWF oleh beberapa Negara dalam pembangunan mampu meningkatkan kesejahteraan warga negaranya. Untuk itu pemerintah Indonesia harus mampu keluar dari jalur pembangunan berbasis hutang luar negeri, membuat kebijakan yang menerobos keterpurukan. Dan saat ini, pemerintahan Saudi Arabia juga sedang mewacanakan untuk pembuatan SWF petroliumnya guna menghindari keterpurukan 40 tahun mendatang dan invansi dari Negara lain.

Dengan begitu, ketika Indonesia sudah melakukan SWF di usianya yang ke 74, maka perwujudan kesejahteran Negara akan segera tercapai dan umur Indonesia tetap abadi, terhindar dari pernyataan masyarakat atas kondisi hari ini “bahwa Indonesia akan bubar 2030”, bahkan bisa menjadi Negara super power. Semua tantangan dan tujuan Negara akan terjawab, serta perlu ditegaskan dengan SWF Indonesia akan tetap menjunjung tinggi kepribadian bangsa kita, baik itu budaya, ekonomi, politik, dan sosial yang stabil dan harmonis.

 

 

Postingan Terkait

Tinggalkan Komentar

Kontak

© 2023 Swara Kaltara | All Rights Reserved