Home Post Gempa Selama 5 Detik Guncang Nunukan Ini Penjelasan BMKG

Gempa Selama 5 Detik Guncang Nunukan Ini Penjelasan BMKG

by swarakaltara

NUNUKAN, SWARAKALTARA.COM – Gempa bumi mengguncang Nunukan Kalimantan Utara Jumat 31 Januari 2020 sekitar pukul 19.55 WITA. Masyarakat Nunukan bertanya tanya dan panik atas terjadinya gempa dengan durasi 1 sampai 5 detik tersebut, bukankah Kalimantan tak termasuk wilayah rawan gempa?

Pengamat Ahli Pertama Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (PMG) BMKG Nunukan Taufik Rahman,S.Tr mengatakan, hasil analisa terkait kejadian gempa bumi yang dirasakan masyarakat Kabupaten Nunukan dibenarkan salah satu petugas BMKG yang turut merasakan hal yang serupa.

“Berdasarkan hasil laporan terkini dari Update Gempa Bumi Tektonik BMKG dengan skala 4,3 magnitudo Lokasi terjadi disekitar area Bengkulu dengan kedalaman 2 km bukan merupakan sumber asal terjadinya getaran yang dirasakan warga masyarakat kabupaten Nunukan.”ujarnya, Sabtu (01/02/2020).

Taufik menjelaskan, epicenter lokasi kejadian malam hari tadi, tidak terdeteksi disekitar area terdampak, namun getaran dirasakan masyarakat dan cukup membuat panik. Gempa yang terjadi tersebut merupakan gempa runtuhan mengingat topografi Nunukan terdiri dari pulau-pulau kecil dikelilingi laut dan tidak ada lempeng tektonik disekitar Kalimantan sehingga gempa bumi yang terjadi tidak bisa dikatakan gempa bumi tektonik.

Menurutnya, hanya ada 2 kemungkinan yaitu gempa bumi runtuhan dan gempa bumi buatan. Namun dalam hal ini ia menganalisa berdasarkan kejadiannya yaitu gempa bumi runtuhan.

Dijelaskan, gempa bumi runtuhan adalah getaran yang terjadi akibat adanya pelepasan energi dari daerah-daerah bekas pertambangan dimana struktur tanah atau batuan dilokasi tidak bisa  menahan menekan beban diatasnya sehingga ada pergeseran atau patahan dari struktur tersebut sehingga terasa getaran seperti contoh kegiatan bor/rik minyak lepas pantai kegiatan pertambangan perusahaan.

Gempa bumi buatan adalah gempa akibat aktivitas manusia seperti peledakan bom/dinamit nuklir yang diarahkan kepermukaan bumi dengan sengaja sehingga terjadi ledakan yang menyebabkan permukaan sekitar bergetar.

“Perlu diketahui, lokasi epicenter sangat jauh jika dihubungkan antara dari sumber yang terjadi di area Bengkulu dengan yang dirasakan masyarakat Nunukan, selain itu peralatan kami di BMKG Nunukan sudah terkoneksi dengan sistem peringatan gempa bumi hanya akan mencatat dan menjadi warning peringatan dini dengan bunyi alarm kejadian dan notifikasi SMS dari server ke seluler yang sudah terintegrasi dengan sistem kami dalam bentuk SMS notifikasi gempabumi dengan magnitudo >5 jika dibawah itu maka tidak masuk ke server kami.”urainya.

Lebih lanjut, Taufik menjelaskan, meskipun Nunukan bukan daerah rawan gempa tetapi fakta di lapangan dan kejadian Nunukan beberapa tahun silam sudah 2 kali terjadi gempa namun epicenter dekat yaitu di area sekitar Tarakan dan dampaknya terasa di Nunukan.

Untuk diketahui, bahwa anggapan Kalimantan aman dari ancaman gempa, perlu jadi catatan histori dan kejadian bahwa ada 3 unsur sesar patahan pembangkit gempabumi di Kalimantan.

3 struktur sesar/patahan tersebut yaitu sesar maratuha,sesar mangkalihat berada di wilayah kabulaten Berau dan Sesar Partenoster di kabupaten Kutai timur, saat ini ketiganya masih aktif.

BMKG mencatat meskipun magnitudo yang dirasakan tidak sebesar di zona megathrust namun dampaknya juga bisa merusak bangunan jika tidak diantisipasi dengan baik dan terbukti kejadian beberapa tahun silam dibawah magnitudo 5 berakibat sejumlah bangunan di Nunukan rusak.

Potensi bahaya dari kejadian gempabumi harus diantisipasi dalam pengawasan struktur bangunan yang ketat,jika struktur suatu bangunan dalam perancangan tidak ketat ketahanan gempa bumi tentu saja menjadi ancaman.

“Karena yang berbahaya bukan kekuatan gempa itu sendiri namun karena struktur bangunan yang tidak tahan gempa sehingga bangunan mudah rubuh meskipun tidak dengan skala besar namun dampak kerugian yang ditimbulkan lebih besar.”katanya.

BMKG mengimbau supaya masyarakat tidak mudah panik dan resah terhadap apa yang dirasakan saat ini, karena dalam ilmu management kegempaan, saat terjadi gempa bumi hindari kepanikan dan berlarian tanpa melihat situasi dan kondisi karena jika kepanikan berlebih bisa menimbulkan potensi ancaman yang lain sehingga pertama yang dilakukan adalah berlutut dan menundukkan diri ketanah mencari perlindungan seperti dibawah meja dan lainnya.(KU).

Postingan Terkait

Tinggalkan Komentar

Kontak

© 2023 Swara Kaltara | All Rights Reserved