Home KaltaraMalinau Genjot Pembangunan Jalan Malinau Krayan, Pusat Anggarkan 648 Miliar

Genjot Pembangunan Jalan Malinau Krayan, Pusat Anggarkan 648 Miliar

by swarakaltara

MALINAU, cokoliat.com—Pembangunan  jalan perbatasan, Malinau – Krayan-Nunukan, terus digenjot. Tahun ini dipastikan ada 2 kegiatan pembangunan pada link jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Malinau dengan Krayan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Yaitu pada link jalan Malinau – Semamu dan kedua pada link Semamu – Long Bawan, Krayan.

Pada link Malinau – Semamu, jalan yang dibangun sepanjang 40 KM dilaksanakan oleh PT Adi Karya dengan anggaran Rp200 miliar lebih. Pembangunan jalan tersebut dikerjakan mulai Desember 2020 sampai 2023. Tahun ini pengerjaan sepanjang 8 KM di wilayah Jempolon.

Link kedua menyambung link pertama. Mulai dari Semamu, Kecamatan Mentarang sampai Long Bawan. Tahun ini dilakukan pada  sepanjang 28 KM dari Gunung Selukut sampai Binuang dengan pengerjaan dibagi dua, 10 KM dan 12 KM. Anggaran untuk 10 KM pertama sebesar 208 miliar dan 18 KM selanjutnya sebesar Rp240 miliar.

Saat ini, ungkap Masrur Saren, PPK Pembangunan Jalan Perbatasan Semamu-Long Bawan proyek pembangunan jalan perbatasan Semamu-Long Bawan dalam proses tender.

Link jalan perbatasan Malinau-Semamu dan Semamu-Long Bawan termasuk link dengan medan yang sangat berat. Kondisi geografis wilayah yang dilintasi jalan berupa hutan pada lembah dan perbukitan. Sebagian melintasi kawasan budidaya kehutanan dan sebagian kawasan lindung.

“IPPHK (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan) sudah ada. Hanya ada relokasi sehingga dilakukan revisi,” ungkap Masrur Saren, Rabu (31/3). IPPHK adalah izin penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi peruntukan kawasan hutan.

Relokasi yang dimaksud, lanjut Masrur Saren, yaitu pengalihan link atau jalur pada beberapa lokasi. Antara lain di wilayah Jempolon pada link Malinau Semamu dan Selikut pada link Semamu-Long Bawan.

“Revisi  sudah berproses. Dari BPKH sudah hampir selesai. Nah kemarin  kami baru rapat dengan Kementerian LHK minta dibantu agar dipercepat,” imbuh Masrur Saren.

Relokasi jalur Jempolon, dilakukan mengingat jalur sebelumnya berada pada posisi yang sangat tidak memungkinkan untuk menjadi jalur jalan lebih ideal. Di wilayah ini jalur dialihkan pada bagian kaki bukit.

Pengalihan juga dilakukan di wilayah Gunung Selukut. Menurut Masrur Saren, kawasan Gunung Selukut termasuk kawasan dengan kondisi geografis paling berat.  Kajian, pembahasan rencana dan segala bentuk kegiatan pra pembangunan memakan waktu 1 tahun.

“Ini kawasan paling ‘ter’, terberat, tersulit. Pada saat pembahasan di kementerian saya mengira kawasan terberat tersulit itu ada di Papua. Ternyata di Selukut,” ungkapnya.

Berat dan sulitnya kondisi geografis berdampak pada tingginya biaya pembangunan di sana. Untuk 10 dan 18 KM pemerintah harus menggelontorkan anggaran Rp448 miliar.

Pada link Malinau-Semamu dan Semamu-Long Bawan, puluhan bukit dengan beberapa diantaranya berketinggian 500 meter lebih diatas permukaan air laut, harus dilewati. Untuk mendapatkan jalur yang aman dan ideal harus dilakukan survai trase yang matang agar jalan yang terbangun nanti tidak menyulitkan pengguna.

“Standar kemiringan maksimal 10 persen. Naiknya diambang maksimal 14 persen. Di Selukut diatas 200 meter sementara galian tertinggi maksimal 50 meter. Timbunan juga tidak boleh melebihi 15 meter. Makanya harus dicari trase yang pas,” jelas Masrur Saren.

Reporter: Yunu WH

 

 

Postingan Terkait

Tinggalkan Komentar

Kontak

© 2023 Swara Kaltara | All Rights Reserved