Home Kaltara Kemenparekraf Sebut Program ADWI Tak Hanya Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi tetapi Sekaligus Mempertahankan Sosial Budaya dan Alam

Kemenparekraf Sebut Program ADWI Tak Hanya Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi tetapi Sekaligus Mempertahankan Sosial Budaya dan Alam

by swarakaltara

MALINAU, SWARAKALTARA.COM – Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 kali ini menyambangi Desa Pulau Sapi, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara pada Selasa (4/10/2022).

Rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) disambut hangat oleh masyarakat dan jajaran pemerintahan setempat.

Seharusnya, kunjungan itu dihadiri langsung oleh Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno. Namun, Mas Menteri -sapaan Sandiaga Uno- berhalangan hadir. Mas Menteri diwakili oleh Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf Indra Ni Tua.

Desa Pulau Sapi masuk daftar 50 desa wisata terbaik ADWI 2022 setelah melalui uji standar penilaian tim juri yang terdiri dari tujuh kategori. Yakni 1. Daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), 2. Suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya), 3. Homestay, 4. Toilet umum, 5. Digital dan kreatif, 6. Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE), dan 7. Kelembagaan Desa.

Mereka nantinya akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari mitra strategis Kemenparekraf.

ADWI 2022 merupakan salah satu program unggulan penggerak kebangkitan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata Indonesia yang sedang digalakan oleh Kemenparekraf.

Tahun kedua ini, program tersebut mengangkat tema “Kebangkitan Ekonomi untuk Indonesia Bangkit”. Program tersebut diharapkan mampu mewujudkan visi “Indonesia sebagai Negara Tujuan Pariwisata Berkelas Dunia, Berdaya Saing Global, Berkelanjutan dan Mampu Mendorong Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Rakyat”.

Indra Ni Tua dan rombongan bertemu dengan tetua adat dan mengikuti prosesi penyambutan secara adat di dekat patung Buaya. Selanjutnya, rombongan menyaksikan tari sambutan yaitu Tari Riberu Bulan. Dilanjut bertemu jajaran pemerintahan setempat untuk mendengarkan bersama paparan tentang potensi desa wisata tersebut.

Indra menjelaskan, hingga 2019 pariwisata menjadi penyumbang devisa terbesar kedua di Indonesia, sebelum akhirnya jatuh sampai paling bawah akibat pandemi. Untuk menaikkan peran pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat, dibuatlah program ADWI. Program ini berbasis komunitas, dimana yang melakukan masyarakat dan yang merasakan manfaatnya juga masyarakat. sangat berdampak positif terhadap kesejahteran masyarakat.

“Tidak hanya manfaat ekonomi, tapi juga mempertahankan sosial budaya dan alamnya juga tetap terjaga. Karena itu, partisipasi semua penggerak desa wisata diperlukan, agar ADWI semakin besar tahun depan,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Malinau, Jakaria menyatakan berbangga memiliki wilayah yang luas dan kebangganan Indonesia karena paru-paru dunia ada di Malinau, dan memiliki hutan konservasi yang asri, serta pohon terbesar di Malinau. ” Kami mengapresiasi Kemenparekraf yang sudah jauh jauh ke perbatasan dan pedalaman ini,” ungkapnya.

Bicara potensi, desa Pulau Sapi terkenal dengan adat dan budaya yang sangat kental, yaitu Suku Dayak Lundayeh. Desa Pulau Sapi, berbasis wisata budaya ini, mengedepankan potensi seni yang dimiliki. Hal ini tercermin dengan sering diadakannya festival budaya di setiap tahun. Untuk menuju Desa Wisata Pulau Sapi menempuh jarak 16,8 kilometer atau 30 menit dari Bandara Robert Atty Bessing, Malinau.

Desa tersebut memiliki kekayaan alam seperti Sungai Gita Merengang yang berada di bawah kaki pegunungan Mentarang Baru. Jika ingin menyusuri sungai yang arus airnya deras ini sebaiknya menggunakan perahu long boat. Di sini, wisatawan dapat menikmati pertunjukan Tari Riberu Bulan, salah satu tari etnik yang biasa diperlihatkan saat menerima tamu besar. Kemudian ada Tari Arang Farisenang Arang Sisid menggambarkan suka cita dan rasa syukur atas berkah yang berlimpah.

Tidak lupa, ada buah tangan untuk hadiah sekembalinya dari sini, yaitu di antaranya kain batik motif etnik, tas rotan, topi kulit kayu, kalung dan gelang manik. Sedangkan kulinernya ada Luba Laya (Nasi Lemak), Luba Tara (nasi keras), Biter (sup), None (Lemang), Teluk Lawid (ikan di fregmentasi), Ruti (kue tradisional), dan Kikid (sayuran). (**)

Postingan Terkait

Tinggalkan Komentar

Kontak

© 2023 Swara Kaltara | All Rights Reserved