Home Post Kontes Mural Bertajuk ‘’Negeri Harmonis Dengan Seni’’ di Perbatasan RI – Malaysia, Wujudkan Bhinneka Tunggal Ika di Musim Pilkada

Kontes Mural Bertajuk ‘’Negeri Harmonis Dengan Seni’’ di Perbatasan RI – Malaysia, Wujudkan Bhinneka Tunggal Ika di Musim Pilkada

by swarakaltara

NUNUKAN, SWARAKALTARA.COM – Sebuah kontes melukis tembok atau biasa disebut mural, digelar persis di depan Pelabuhan Lintas Batas Laut (PLBL) Liem Hie Djung Nunukan Kalimantan Utara.

Terlihat aparat keamanan berbaju loreng yang merupakan para Babinsa dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0911 Nunukan dan prajurit Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonif 623/Bhakti Wira Utama mengamankan jalannya lomba yang berlangsung selama 5 hari, mulai 22 sampai 26 November 2020.

Ada sekitar 35 regu peserta kontes mural dari berbagai usia, ada lukisan tentang keberagaman umat beragama di Nunukan, lukisan tentang budaya, tradisi dan adat suku tempatan juga sejumlah gambar yang memvisualisasikan kehidupan di komunitas, bahkan ada juga lukisan narapidana dalam penjara Nunukan.

Ketua panitia penyelenggara kontes Mural Nunukan 2020, Adharsyah mengatakan, banyak pertimbangan dalam penyelenggaraan kontes yang tentu akan menimbulkan kerumunan massa ini.

‘’Ada sejumlah tantangan, pertama ini masih masa pandemi Covid-19, suasana Pilkada dan tembok yang dilukis bukan tembok yang permukaannya rata, tapi pondasi siring yang belum diplester,’’ujarnya, Rabu (25/11/2020).

Agar kontes tetap berjalan, panitia yang diinisiasi oleh Tegar Production bekerjasama dengan Koramil-01 Nunukan ini menerapkan sistem ganjil genap. Tembok dengan panjang sekitar 100 meter tersebut dibagi menjadi 35 bidang dan masing-masing bidang berukuran sekitar 2×4 meter.

Setiap bidang diberi nomor, peserta dengan nomor ganjil mendapatkan jatah melukis pertama dan peserta nomor genap dihari berikutnya, dan begitu seterusnya sebagai penerapan standar protokol kesehatan. Para peserta wajib masker, dan disediakan tempat mencuci tangan dengan sabun, masker dan juga hand sanitizer.

‘’Kenapa tema kita ‘Negeri Harmonis Dengan Seni? Pertama para pelukis Nunukan yang merupakan beranda NKRI ini butuh wadah, dan outputnya nanti bisa terbentuk komunitas pelukis. Terus kenapa kita ambil lokasi tepat di depan pelabuhan speedboat ? agar para pendatang memiliki gambaran bagaimana pulau yang heterogen ini bisa menghargai perbedaan dalam kebhinekaan,’’jelasnya.

Selain dua hal tersebut, situasi politik saat ini tengah memanas, butuh adanya kegiatan yang sejuk dan beretika dari pada sekedar saling nyinyir dan bully di media sosial, yang berimbas saling caci dan berindikasi SARA.

‘’Kontes mural dengan tema tersebut, menjadi salah satu solusi yang menafikan perbedaan pilihan calon kepala daerah, atau bisa juga menjadi ekspresi tertentu yang dituangkan dalam lukisan.’’tambahnya.

 

Diikuti WBP Lapas Nunukan.

Ada pemandangan yang menarik dalam kontes mural ini, terlihat sejumlah petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nunukan yang menjaga 3 peserta lomba yang ternyata adalah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

3 pemuda yang masih berusia sekitar 20 tahunan tersebut kompak melukis gambar narapidana dalam jeruji besi. Narapidana dalam gambar, menjulurkan kedua tangan yang memegang kuas keluar teralis sembari menggambar.

Kepala Lapas Nunukan Taufik Hidayat mengatakan, 3 WBP dimaksud memiliki bakat seni menggambar, ketiganya juga sering menuangkan bakatnya dengan melukis di tembok luar penjara.

‘’Kita ikut sertakan mereka dengan pengawasan dan penjagaan petugas kami, kami ingin menunjukkan bahwa jeruji besi bukan halangan untuk berkarya, masyarakat juga supaya mengerti bahwa napi sekalipun memiliki hak yang sama dalam berkarya,’’katanya.

Dijelaskan, 3 WBP tersebut bernama R, M dan B. Para pemuda ini menjalani hukuman kurungan dengan kasus asusila, narkoba dan pembunuhan.

Keikut sertaan para WBP mendapat apresiasi dari ketua panitia penyelenggara, Adharsyah, kontes mural yang diadakan ini terbuka bagi siapapun tanpa batasan sosial dengan catatan mereka layak dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

‘’Obyeknya memiliki edukasi, ada pesan yang kita tangkap, dan seni adalah universal, status mereka yang merupakan WBP tetap memiliki hak dalam berkarya, toleransi ini juga termasuk dalam tema ‘Negeri Harmonis Dengan Seni,’’katanya.(mk).

Postingan Terkait

Tinggalkan Komentar

Kontak

© 2023 Swara Kaltara | All Rights Reserved