Home Post  Susuri Bukit Gurkha, Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonarhanud 16/SBC Temukan 11 Granat Nanas Buatan Nato

 Susuri Bukit Gurkha, Satgas Pamtas RI – Malaysia Yonarhanud 16/SBC Temukan 11 Granat Nanas Buatan Nato

by swarakaltara

 

NUNUKAN, SWARAKALTARA.COM–Sebanyak 101 amunisi aktif kaliber 7,62 mm, beserta 11 unit granat nanas, ditemukan Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) RI – Malaysia Batalyon Pertahanan Udara (Yonarhanud) 16/Sula Bhuana Cakti (SBC), Senin (15/2/2021).
‘’Seluruh amunisi yang ditemukan, terdapat kode I K di bagian bawah selongsong, atau buatan NATO, dan semua masih aktif dan berbahaya,’’ujar Dansatgas Pamtas RI – Malaysia Yonarhanud 16/SBC/3 Kostrad, Mayor Arh Drian Priyambodo, melalui pesan tertulis.
Granat tersebut merupakan senjata dengan kategori High Eksplosive atau berdaya ledak tinggi.
Drian mengatakan, temuan kali ini, merupakan temuan kedua, pasca 1.201 peluru caliber 7,61 mm ditemukan Sabtu 6 Februari 2021 lalu.
Berawal dari temuan awal tersebut, prajurit Satgas mencoba mensterilkan lokasi temuan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Terlebih, bukit yang menjadi lokasi ditemukannya puluhan butir peluru senjata laras panjang dan bom tangan aktif tersebut, merupakan perbukitan yang sering didatangi masyarakat dan menjadi lokasi berburu babi dan rusa.
‘’Prajurit di pos 19 Lumbis, dibekali metal detector kemudian menyisir bukit, temuan amunisi dan bom tangan itu hanya di kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah,’’tulis Drian.
Terpisah, Kepala Desa Tau Lumbis Panus mengatakan, masyarakat menyebut bukit tersebut sebagai bukit Gurkha.
‘’Penamaan bukit Gurkha sejak konfrontasi, karena desa Tau Lumbis waktu itu menjadi pertahanan terakhir Indonesia, disini pasukan Malaysia dan Gurkha pernah bermarkas, waktu itu kita masih Bulungan, bukan Nunukan,’’katanya.
Bukit ini berjarak sekitar 250 meter dari pemukiman penduduk. Bukit yang melintang sepanjang kurang lebih 2 km tersebut masih memiliki hutan yang lestari, dulunya, bukit tersebut dinamakan bukit Inabal, dalam bahasa Dayak Tahol, berarti melintang.
Sampai sekarang, kata Panus, masih banyak lubang lubang persembunyian sebagai pertahanan pasukan yang bertempur saat itu, bisa dijumpai.
Begitu juga dengan eks pos pos jaga Malaysia, termasuk bekas landasan helikopter/helipad.
‘’Makanya banyak ditemukan peluru dan granat, memang di bukit inilah lokasi pertahanan kita dulu, jadi kita tidak heran lagi,’’ katanya.

Reorter : Viq

Postingan Terkait

Tinggalkan Komentar

Kontak

© 2023 Swara Kaltara | All Rights Reserved